Selasa, 01 Desember 2009

Anak adalah amanah

Sudah lama aki tidak jumpa para incu. Sono rasanya. Gimana kabarnya semua, apakah anak-anak pada sehat ? Maklum sedang musim hujan begini. Badan aki saja semakin beku dan pegal rasanya. Maklum tulang tua.


Ngomong-ngomong masalah anak, bagaimana pelaksanaan pesan aki sebelumnya ? Apakah sudah disiapkan sebagai salah satu investasi akhirat nantinya ? Jangan lupa ya Cu, itu penting. Baik buat incu, baik juga buat si anak. Kalau incu lalai tentang ini, maka incu kehilangan investasi yang sangat berharga, dan anak juga bisa tersesat hidupnya. Itu amanah Allah, harus dijaga betul.


Meskipun begitu ya Cu, jangan lupa juga kalau anak itu bukan robot yang bisa disetir semau incu. Mereka punya jiwa, punya keinginan sendiri, yang belum tentu sama dengan keinginan incu. Jangan sampai salah dalam menanganinya. Bisa-bisa nanti malah menghasilkan hal yang sebaliknya.


Sudah saatnya incu belajar cara menangani anak secara benar. Perluas wawasan dengan membaca atau bertukar pendapat dengan sesama orang tua. Dengarkan juga pendapat si anak. jangan diperlakukan terus sebagai anak kecil. Mereka butuh pengakuan akan keberadaannya. Bahwa mereka juga punya keinginan, punya kemampuan, dan berhak menentukan jalan hidupnya.


Hati-hati bila anak mulai beranjak remaja. Ini saatnya dia mencari identitas diri. Menyadari dunianya dan ingin berperan disana. Dunia yang belum tentu sama dengan pandangan incu. Maka incu lah yang harus belajar memahami dunia mereka.


Jangan jatuhkann harga diri mereka di hadapan teman-temannya. Hal ini bisa sangat membekas di jiwanya. Incu tentunya tidak ingin punya anak yang tidak punya rasa percaya diri (pede). Justru yang seharusnya adalah incu harus membantu dia agar belajar membangun rasa pedenya. Dunia mereka kelak semakin keras tantangannya. Dibutuhkan bekal lebih banyak serta dilandasi rasa pede yang besar menghadapi hidup.


Kuncinya adalah bijaksana. Incu sudah semakin tua mestilah semakin bijaksana. Selamat membina rumah tangga dan membesarkan anak-anak. Aki doakan dari jauh.

Senin, 05 Oktober 2009

Investasi Dunia Akhirat


Cucu-cucuku, sekarang kalian masih sehat segar, vitalitas masih tinggi. Ada saatnya kelak kalian seperti aki, badan mulai malas digerakkan, otak juga mulai lemot, padahal kebutuhan teh tidak pernah berhenti. Dari mana mencukupi kebutuhan jika kita sudah tidak produktif lagi ? Mestinya ya dari pendapatan pasif, yaitu pendapatan yang tetap kita terima meskipun kita tidak bekerja lagi.

Agar incu bisa memperoleh pendapatan pasif maka incu harus berinvestasi. Besarnya pendapatan pasif harus minimal sama dengan minimal kebutuhan rutin, agar tidak tekor atau berhutang. Kalau incu seorang karyawan, pendapatan pasif yang bisa diharapkan adalah uang pensiun (kalau ada). Besarnya cukup tidak ? Incu harus meningkatkan karir agar uang pensiunnya tinggi.

Kalau gaji incu masih berlebih untuk kebutuhan rutin, sisanya bisa incu investasikan dalam bentuk aset yang produktif. Misalnya buat rumah/ruko kontrakan. Dalam skala lebih besar istilah kerennya real estate. Hasil pemasukannya merupakan pendapatan pasif yang akan terus mengalir meskipun incu tidak bekerja.

Bisa juga incu berinvestasi dalam bentuk saham atau obligasi atau produk lembaga reksadana lainnya. Hasilnya juga merupakan pendapatan pasif. Tapi incu mesti hati-hati dan faham lebih dulu ilmunya.

Nah, pendapatan pasif ini bisa mengamankan kebutuhan incu dan anak cucu selagi masih hidup di dunia. Uang yang digunakan untuk investasi bisa berasal dari hasil kerja atau hasil bisnis, setelah dikurangi biaya kebutuhan rutin. Kalau pendapatan pasifnya sudah mencukupi, incu bisa berhenti bekerja atau berhenti berbisnis. Tinggal mengelola investasinya dan menikmati hasilnya.

Itu untuk pengamanan di dunia. Lalu bagaimana pengamanan selanjutnya di alam akhirat ? Sama juga harus melalui investasi. Pada dasarnya semua amal baik sewaktu kita hidup di dunia tidak lain merupakan investasi kita untuk alam akhirat kelak. Apakah sudah cukup ? Untuk imbalan surga, dengan kenikmatan yang jauh di atas semua kenikmatan di dunia, rasanya masih jauh dari cukup. Seumur hidup kita berbuat baik pun rasanya masih belum cukup untuk mengumpulkan pahala yang sepadan dengan nilai surga. Berarti diperlukan juga pahala pasif, yaitu amal perbuatan kita di dunia yang pahalanya terus mengalir meskipun kita sudah tidak ada di dunia.

Ada 3 jenis pahala pasif yang bisa incu peroleh. Yaitu bersumber dari :

1. Amal jariyah

2. Ilmu yang bermanfaat

3. Doa anak yang sholeh.

Mempunyai kumpulan pahala dari hasil amal baik semasa di dunia ditambah pahala pasif, ternyata juga belum menjamin cukup untuk memperoleh surga. Apalagi kalau tidak punya. Namun, incu jangan putus harapan. Allah Maha Pengasih dan lagi Maha Penyayang. Kita masih bisa berharap ridho-Nya. Kalau incu mengharap keridhoan Allah, maka perbanyaklah investasi pahala di dunia plus pahala pasifnya. Dan semuanya dijalankan dengan penuh rasa ikhlas, semata berharap keridhoan Allah. Insya Allah ridho Allah akan kita peroleh.

Demikian cucu-cucuku, semoga uraian aki ini bermanfaat.

Rabu, 30 September 2009

Ruang Bocor


Ruang yang bocor, maksudnya yang atapnya bocor, tentu saja menjadi masalah. Apalagi musim hujan tampaknya sudah akan menjelang, meskipun para ahli meramalkan akan terjadi kemarau panjang. Namanya juga ramalan, walau para ahli yang melakukan, tetap saja hanya ramalan. Ingat Cu, hanya Allah yang Maha Mengetahui apa yang akan terjadi.

Kembali ke masalah ruang bocor, menurut pengalaman Aki, kadang tidak mudah mengatasinya. Sudah diperbaiki berkali-kali, eh masih ada saja yang bocor. Ditambal disini, bocornya pindah ke tempat lain. Betul-betul menyulitkan. Padahal tidak ada yang berkepentingan, kecuali air yang terus berupaya mencari jalan ke tempat yang lebih rendah.
Nah, bayangkan Cu, kalau bocornya justru karena ada yang berkepentingan. Seperti sering terjadi dalam pengelolaan dana. Sudah dilapisi segala pengaman : pengawas, pemeriksa, beragam jenis audit, tetap saja sering dijumpai adanya kebocoran. Akhirnya banyak pihak dirugikan.
Nah, para cucu, pesan Aki kali ini adalah agar para cucu waspada terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan kebocoran. Lebih baik mencegah dari pada menambal yang terlanjur bocor. Dan tentu saja, jangan sampai justru para cucu yang menjadi penyebab kebocoran.
Wah, Aki jadi ngelantur kamana-mana. Padahal maksud semula teh mau ngasih tahu incu Deden bahwa lorong yang tampak di foto sudah lama bocor. Cepat saja diperbaiki, mungpung belum banyak hujan.
Udah dulu ya, Aki mau pijat, badan pegal-pegal semua.